Selasa, 27 November 2012

TENUN DESA TANDUNANAN MELENGKAPI HOM INDUSTRI

Industri rumah tangga di Kabupaten Demak yang berhubungan dengan kebutuhan sandang belakangan ini semakin bergeliat. Home industri yang sudah ada seperti celana dalam di Desa Cabean, batik tulis Karangmlati, bordir khas Desa Pasir Mijen, juga kerudung ‘made in’ Jungsemi, kini semakin lengkap setelah puluhan warga Desa Tedunan Kecamatan Wedung menekuni usaha pembuatan tenun.
Di desa berpenduduk mayoritas nelayan itu, pembuatan tenun dilakukan oleh kaum perempuan. Sedikitnya seratus orang telah menekuninya dalam dua tahun belakangan. Sejauh ini mereka masih membuat tenun dengan model-model pasaran. Maklum, sarana peralatan yang mereka punyai masih tergolong ala kadarnya.
“Kami baru bisa membuat tenun model Troso, SBY dan Obama. Untuk membuat model sendiri belum bisa lantaran alat yang kami miliki belum mumpuni. Alat itu awalnya kami beli dari Jepara, memang khusus untuk membuat model-model khas sana. Sedangkan kalau ingin mengembangkan model sendiri, kami perlu merombak peralatan. Itu yang belum kami bisa,” terang Ahlada, salah seorang perajin tenun Desa Tedunan.
Menurut wanita pemilik usaha tenun di RT 5/RW 3 tersebut, sejauh ini baru dirinya yang menjual hasil produksi langsung ke konsumen. Adapun model yang ia buat adalah SBY dan Obama. Sedangkan sebagian besar perajin tenun Tedunan menyetorkan hasil produksinya ke Jepara. Karena itulah mereka lebih memilih membuat model Troso.

“Kalau setor ke Jepara, harganya kurang sesuai. Makanya saya menjual langsung ke konsumen. Untuk tenun model SBY ukuran 200 cm x 40 cm, masih bisa laku Rp 60 ribu per lembar. Kemudian model Obama dengan ukuran yang sama, harganya bisa mencapai Rp 90 per lembar. Bahkan yang kualitas bagus, yakni yang dibuat dengan benang mengkilat, harganya bisa mencapai Rp 120 per lembar,” terang Ahlada.
Dikatakan, dalam satu bulan ia mampu memproduksi tenun sebanyak 150 lembar. Sejauh ini proses produksi ia lakukan sendiri menggunakan satu unit alat. Adapun untuk bahan-bahan, ia membelinya di Troso Jepara. Agar lebih menghemat biaya transportasi, pembelian bahan ia lakukan sebulan sekali.
“Karena sudah kenal baik dengan salah seorang pemilik toko bahan tenun, kalau pas tidak pegang uang sayapun boleh bon. Setelah tenun-tenun saya laku, saya langsung melunasi bon dan mengambil bahan-bahan lagi. Pokoknya uang berputar terus. Maklum, usaha saya ini masih belum begitu besar,” ungkapnya.
Pemasaran Lancar

Ahlada mengaku hingga saat ini soal pemasaran belum mengalami kendala berarti. Rata-rata pembeli yang datang padanya selalu membayar kontan. Bahkan, mereka yang pesan dalam jumlah banyak terlebih dulu memberikan uang muka.

“Model yang banyak dipesan adalah Obama berkualitas bagus. Biasanya untuk seragam. Karena itu saya membuatnya sebaik mungkin menggunakan bahan-bahan yang bagus pula. Saya tak ingin pembeli kecewa. Apalagi yang beli di sini rata-rata pejabat,” ujarnya.
Disampaikan pula, dalam hal pemasaran ia juga memperoleh bantuan dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Demak. Ketua Dekranasda Demak Ny Hermini TZ bukan hanya mempromosikan tenun buatannya ke para PNS, namun juga membeli puluhan lembar untuk seragam pengurus TP PKK Kabupaten Demak. 

“Dekranasda juga sudah meminta saya untuk siap-siap diikutkan ke pameran. Mudah-mudahan dengan bantuan Dekranasda usaha saya ini bisa lebih berkembang,” kata Ahlada.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Demak Ny Hermini TZ mengatakan, selain membantu dalam hal promosi, pihaknya juga memberikan pembinaan terhadap para pelaku usaha. Langkah itu dilakukan bekerja sama dengan dinas instansi terkait.

“Dekranasda juga memfasilitasi pendirian shorum produk kerajinan di Mranggen. Di dalam bangunan bernilai ratusan juta itu, berbagai produk lokal kita pamerkan. Mulai produk yang berbentuk handicraft, busana hingga ukir-ukiran hasil karya perajin dari 14 kecamatan semuanya ada. Kamipun akan memamerkan tenun buatan warga Tedunan,” kata Ny Hermini TZ.  (Anang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar